Selasa, 17 Desember 2013

Masyarakat Kubu

Kubu adalah salah satu kota terpencil yang berada di Kabupaten Rokan Hilir Provinsi Riau, karena letak dan jalan yang rusak sehingga tidak memungkinkannya sarana pendidikan yang bermutu, tempat ini sangat jauh dari keramaian hiruk pikuk kota, tempat ini sangat tertinggal entah siapa yang mau disalahkan pemerintah atau penduduk yang tidak memperdulikan tempat tinggalnya, pembangunan harus dibarengi dengan pembangunan dalam pendidikan. Bilamana hal ini tidak sejalan maka akan terjadi ketimpangan antara laju pertumbuhan ekonomi dengan keadaan pendidikan yang ada.

Penduduk Kubu terutama hidup sebagai nelayan, sebagian besar penduduk berpendidikan rendah yakni hanya mengenyam pendidikan sampai tingkat sekolah dasar, sebagian lagi pendudukan sebagai pedagang atau buruh atau pegawai negeri atau peteni. Sisi lain permasalahan yang dihadapi nelayan, pedagang, bruh dan petani rata-rata tingkat pendidikan mereka pada umumnya rendah dan ketrampilan terbatas, sehingga mereka tidak mempunyai alternative pekerjaan lain selain sector perikanan, perdagangan, pertanian dan menjadi buruh apalagi semakin hari kehidupan ekonomi khususnya mayoritas nelayan dikalahkan oleh nelayan besar yang menggunakan teknologi modern dengan meningkatkan efesiensi penggunaan teknologi modern mengakibatkan penurunan produksi bagi nelayan kecil dari waktu ke waktu semakin bertambahnya armada penangkapan yang beroperasi diperairan, keadaan ini memberikan indikasi bahwa kehidupan nelayan semakin keras persaingannya, sehingga memiliki potensi terlemah.

Kondisi ekonomi nelayan diperparah dengan maraknya pencurian ikan yang dilakukan nelayan luar, kenaikan BBM tahun lalu sehingga biaya yang dikeluarkan semakin besar yang meliputi pembelian alat-alat dan biaya operasional keadaan ekonomi nelayan yang serba susah menyebabkan terjadinya perpindahan nelayan kedaerah baru, membuat kubu kurang dikenal lagi.

Permasalahan yang muncul yang dihadapi penduduk dan pemerintah kubu saat ini adalah :
  1. Kondisi ekonomi nelayan, pedagang, buruh dan petani yang tidak           memungkinkannya untuk menyekolahkan anak mereka, walaupun sebagian dari mereka tumbuh kesadaran untuk menyekolahkan anaknya, namun selalu terdapat benturan antara pemenuhan kebutuhan primer, terutama pangan, dengan keinginan untuk memperoleh pendidikan
  2. Sebagian mereka sudah merasa cukup puas apabila sudah bisa membaca dan menulis, sehingga rata-rata tingkat pendidikan mereka hanya tamat sekolah dasar. Pendidikan bagi mereka bukan suatu hal yang harus diperjuangkan, karena lapangan pekerjaan yang tersedia hanya perikanan  atau pedagang, buruh dan petani yang tidak mensyaratkan pendidikan tertentu, terutama bagi anak-anaknya yang harus membantu orang tuanya karena penghasilan orang tuanya semakin merosot, sehingga mau tidak mau mereka harus berusaha disektor perikanan yang semakin terpuruk, sebagai pedagang, buruh dan petani dengan cucuran keringat mereka sendiri untuk bertahan hidup
  3. Mereka tidak yakin bahwa pendidikan yang lebih tinggi akan menjamin pekerjaan yang lebih baik bila dibandingkan dengan sector perikanan, pedagang, buruh, dan petani
  4. Pada umumnya sarana pendidikan yang tersedia dengan fasilitas gedung serta peralatan cukup memadai tetapi kurang dalam dukungan Guru yang professional

Perlu diinformasikan bahwa kini ditengah gemuruh  otonomi daera, sejumlah anggaran daerah yang diperoleh dari uang rakyat melalui pembayaran pajak, pungutan retribusi dan sumber-sumberkekayaan alam dari perut bumi pertiwi menjadi sandaran pemerintah Kabupaten Rokan Hilir yang di alokasikan setiap tahun anggaran untuk pelayanan public seperti sector pendidikan, kesehatan dan infra struktur/sarana umum kota secara lebih baik, dan dimasa depan diharapkan  member dan menjawab impian rakyat akan kesejahteraan dan ketentraman hidup.

Sabtu, 30 November 2013

Lagu Daerah Kubu

Anak Duhako

Semaso dulu dikualo kubu
dokek bagan ajo bejamu
disitu tinggal anak duhako
anak yang tak ponah
mengonang jaso

Paih dodak panggang keluang 2x
bokal sialang poi moantau
setolah kayo lupokan dii
omak kandungnyo
tak diingek lai

kobullah sumpah
omak kandungnyo 2x
kapal sialang menjadi pulau
disitu tumbuh umpunlah pauh
sebolah manih
sebolah masam

Jumat, 29 November 2013

Sejarah Kubu


Menurut penuturan orang orang tua dikubu, asal nama daerah ini adalah Sungai baung. Sungai baung adalah sungai yang mebelah kecamatan kubu saat  ini. Konon dinamakan Sungai baung karena ikan baung paling banyak disungai ini. Awal pertama diresmikan pada tahun  1667 masehi bertepatan dengan tahun 1084  hijriyah. dan dari catatan dan ingatan tetua dikubu penduduk sungai baung berasal dari PADANG NUNANG atau dari suku minang RAO. Mereka datang satu rombongan yang dipimpin oleh TUANKU DATUK RAJA HITAM dari keturunan bangsawan di  Padang Nunang. Rombongan ini berjumlah 70 orang.

Bersama dengan rombonan ini diantara mereka adalah :
1. Datuk Raja Hitam
2. Datuk Kancil
3. Datuk Morah Pelangi
4. Datuk Penghulu Mosi
5. Panglima Sati (Datuk Amin Putera)
6. Panglima Sutan Kaleno
7. Panglima Hundero

Datuk Raja hitam membuka sungai baung dan menjadikannya sebuah negeri dipinggir sungai yang kemudian di namakan dengan TANJUNG SONO. Mengawali pembukaan tempat pemukiman itu  Datuk Kancil yang bertugas sebagai tabib mengadakan acara ritual yang diberi nama TOTAW MENOTAW. Setelah selesai acara penotawan itu maka sungai baung diresmikan namanya menjadi Kubu. Acara ini  sampai saat ini cukup dikenal dikalangan penduduk.

Ada catatan menarik berkaitan dengan kisah totaw menotaw ini. Datuk kancil sebagai datuk dari acara totaw ini mempersiapkan bahan-bahan yang digunakan dalam acara tersebut. Diantaranya seekor kambing dan daun juang-juang. Setelah seles menotaw tempat yang dimaksud, besok pagi terlihat suatu kejadian aneh yang  mencengangkan masyarakat yang menyaksikan nya. Sepanjang tepi sungai tumbuh kayu yang berbaris rapat seperti pagar bagikan ada yang menyusun nya. Dan daun juang-juang yang dipergunakan untuk bahan menotaw tersebut tumbuh menjadi sebatang pohon besar. Sementara itu, ditempat acara terlihat jejak-jejak dari dua binatang yang berbeda. Arah kedarat terlihat jejak harimau sedangkan arah kesungai terlihat jejak buaya.

Tatkala datuk kancil melihat jejak ini, beliau termenung seperti memikirkan sesutu. Dan kemudian terdengar dia berujar “Orang kubu tidak pernah dikalahkan oleh manusia,kecuali oleh harimau dan buaya”. Perkataan Datuk Kancil ini sering diingat oleh para  orang-orang tua secara turun temurun, dan memiliki makna yang dalam bagi  pandangan hidup orang-orang kubu. Dari pagar yang tumbuh sepanjang sungai itu pula kemudian daerah ini dinamakan dengan Kubu.

Sejak  saat itu sungai baung yang sudah berganti nama menjadi kubu mulai dikenal oleh daerh dan kerajaan lain, terutama kerajaan yang berada di Sungai Rokan seperti kerajaan bangko dan tanah putih, malahan sampai kenegri JOHOR (Malaysia). Pada tahub 1679 rombongan dari johor yang dipimpin oleh Datuk Gafar mengunjungi Kubu. Mereka diterima baik oleh Datuk Raja Hitam dan ditempatkan didaerah SUNGAI PINANG dan sekitarnya. Diantara rombongan itu terdapat juga orang-orang seperti :

1. Datuk Raja Gafar
2. Datuk Latif
3. Datuk Abdullah
4. Panglima Kadono
5. Panglima Anam

Pertemuan kedua rombongan yang berlainan daerah ini kemudian menjadikan daerah ini mulai ditatadari segi kepemerintahannya. Layaknya sebagai sebuah kerajaan daerah ini disusun dan dirumuskanlah undang-undang dan aturan, adat istiadat yang berlaku dan diberlakukan. Jadilah negeri ini sebuah negeri yang berdaulat yang memiliki administrasi yang lengkap.

Sebagai sebuah kerajaan diangkatlah pertama kali DATUK RAJA HITAM sebagai raja (wafat tahun 1708) dengan perdana menteri pertama DATUK GAFAR atau digelar juga dengan datuk bendahara (wafat tahun 1710).

Pada tahun 1730 kerajaan kubu dipimpin oleh BANDA JALAL yang diberi gelar dengan JOHAN PAHLAWAN.Kepemimpinan johan pahlawan tidak berlangsung lama, karena sering terjadi kekacauan dan kejahatan seperti perampokan yang meresahkan penduduk. Pertikaian antara raja Megat makhota dengan Banda Jalal kemudian didamaian oleh Sultan Siak Sri Indrapura (raja kecil,1723-1746). Maka pada tahun 1893 dibentuklah dewan DATUK EMPAT KERAJAAN KUBU :

1.    Suku Rawa bergelar JAYA PERKASA
2.   Suku Ambaraja bergelar INDRA SETIA
3.   Suku Aru bergekar PADUKA SAMA RAJA
4.   Suku Bebas bergelar INDRA BANGSAWAN

Dewan datuk empat tercatat dalam kitab BABUL KAWAAID (Pintu segala pegangan) yang disusun dizaman Sultam Syarief Kasim Abdul Jalil Syaifuddin (1889-1908) Sultan Siak Sri Indrapura yang ke 11.

Di masa menghadapi penjajahan belanda, Sultan Siak menyempurnakan administrasi kerajaan-kerajaan yang dibawah taklukannya termasuk kerajaan kubu, dan menjadikan kubu sebagai wilayah provinsi. Setelah Indonesia merdeka, kerajaan kubu yang semula sebagai wilayah provinsi berubah menjadi kecamatan dan termasuk wilayah kewedanaan Bagan Siapi-api.